Judul Asli Artikel: Character Education for Indonesian Gold Generations: Basic Education Challenges in the Era of Disruption
✍️ Penulis:
- Mujtahidin – Universitas Trunojoyo Madura 📧 mujtahidin@trunojoyo.ac.id
- Dewi Tryanasari – Universitas PGRI Madiun
- M. Luthfi Oktarianto – Universitas Muhammadiyah Gresik
- Muhammad Muchsin Afriyadi – UIN Raden Intan Lampung
📚 Dipublikasikan dalam: Proceedings of the 1st International Conference on Information Technology and Education (ICITE 2020), halaman 116–121
🔗 Akses artikel lengkap di sini
📌 DOI: 10.2991/assehr.k.210206.019
💬 Insight Reflektif
“Transformasi pembelajaran bukan sekadar persoalan teknologi, melainkan visi pendidikan yang bermakna untuk membentuk generasi berkarakter di tengah dunia digital yang terus berubah.”
Artikel ini menyuguhkan refleksi kritis terhadap tantangan paling mendasar yang dihadapi sekolah dasar Indonesia di tengah era disrupsi: ketertinggalan adaptasi terhadap digitalisasi dan kebutuhan pendidikan karakter yang kuat. Di satu sisi, ekspektasi terhadap kemajuan teknologi pendidikan terus meningkat; di sisi lain, tidak semua lembaga dasar siap menghadapi perubahan, baik secara infrastruktur, kebijakan, maupun kesiapan guru. Penulis menegaskan bahwa pendidikan karakter tak boleh hilang dalam hiruk-pikuk digitalisasi. Justru karakter—yang dibangun melalui kedisiplinan, empati, dan tanggung jawab sosial—menjadi fondasi agar generasi Indonesia tetap punya arah dan nilai di tengah kemajuan zaman.
Pentingnya integrasi pembelajaran berbasis daring (online) dan campuran (blended learning) dijelaskan tidak sebagai pelengkap, melainkan sebagai strategi transformasi. Dalam pendekatan ini, pembelajaran tidak semata berpindah ke ruang digital, tetapi membentuk kultur belajar yang terbuka, mandiri, dan kontekstual. Gagasan ini sejalan dengan pandangan Paulo Freire tentang pendidikan sebagai proses pembebasan. Teknologi, dalam pandangan reflektif ini, bukanlah tujuan, tetapi alat untuk memperluas akses, memperkaya metode, dan memperkuat relevansi pembelajaran.
Sekolah sebagai institusi tidak boleh hanya menjadi pelaksana kebijakan. Ia harus menjadi motor inovasi. Oleh karena itu, artikel ini memberikan pesan kuat kepada kepala sekolah dan pemangku kebijakan lokal untuk segera menyusun dan menerapkan kebijakan kurikulum yang mengintegrasikan platform digital sebagai bagian dari strategi pembelajaran jangka panjang, bukan sekadar respons darurat. Guru perlu diberi pelatihan bukan hanya teknis, tetapi juga pedagogik digital dan penguatan nilai. Sistem pembelajaran daring/blended yang terstruktur, jika dilandasi oleh kesadaran nilai dan tujuan karakter bangsa, akan menjadikan sekolah dasar sebagai pusat transformasi budaya belajar yang berkelanjutan.
📌 Format Sitasi APA
Mujtahidin, M., Tryanasari, D., Oktarianto, M. L., & Afriyadi, M. M. (2020). Character Education for Indonesian Gold Generations: Basic Education Challenges in the Era of Disruption. In Proceedings of the 1st International Conference on Information Technology and Education (ICITE 2020) (pp. 116–121). Atlantis Press. https://doi.org/10.2991/assehr.k.210206.019
📤 Bagikan Insight Ini:
- 🔗 Bagikan ke WhatsApp
- 🔵 Share ke Facebook
✍️ Ingin mengirim insight reflektif akadmik Anda? Kirim ke direct.musa@gmail.com
Salam Generasi Digital yang Literat dan Bijak
🌐 directcitizen.id: Mendidik warga digital yang reflektif, bernilai, dan bijak
🕊️ Musa Foundation
Tinggalkan Balasan