Apakah Sistem Among dari Ki Hajar Dewantara Masih Relevan dalam Pembelajaran Abad ke-21 di Sekolah Dasar?

Judul Asli Artikel: The Relevance of Among Ki Hajar Dewantara System Education to the Differentiated Learning System in Elementary School Age Children

✍️ Penulis:

🗞️ Dipublikasikan dalam: EDEN – Journal of Elementary and Digital Education
Volume 1, Nomor 2, Desember 2024, Halaman 69–82
🔗 DOI: 10.58258/jime.v6i1.1121


💬 Insight Reflektif

“Tut Wuri Handayani bukan hanya semboyan, melainkan filosofi pendidikan yang menghidupkan pembelajaran kontekstual, merdeka, dan bermakna di era digital.”


Pendidikan abad ke-21 menuntut lebih dari sekadar penguasaan teknologi dan kompetensi instruksional. Ia menuntut landasan filosofis dan nilai yang hidup dalam praktik pembelajaran. Di sinilah pemikiran Ki Hajar Dewantara tentang Sistem Among menjadi sangat relevan. Artikel ini mengulas bagaimana prinsip among—yang berakar pada nilai kasih sayang, kebebasan yang bertanggung jawab, serta penghargaan terhadap kodrat anak—masih dapat diimplementasikan secara kontekstual dalam pembelajaran terdiferensiasi di sekolah dasar.

Melalui kajian teoritis dan temuan lapangan di MI Al-Ijtihad, artikel ini membuktikan bahwa pendekatan among tidak hanya selaras dengan prinsip inklusivitas dan personalisasi belajar, tetapi juga mampu memperkuat profil pelajar Pancasila. Dalam praktiknya, guru bukan hanya penyampai materi, melainkan pamong—pendamping dan penuntun yang membebaskan, memberi ruang, dan membangun kepercayaan diri peserta didik. Sistem ini memberi keleluasaan untuk mengembangkan potensi anak secara beragam, bukan menyamaratakannya.

Integrasi Sistem Among ke dalam pembelajaran terdiferensiasi juga mendorong pemanfaatan teknologi yang etis dan berpusat pada nilai. Digitalisasi bukan menjadi alat dominasi, tetapi sarana untuk memfasilitasi keberagaman gaya belajar, kebutuhan khusus, dan potensi siswa. Dengan pendekatan yang peka konteks dan berbasis filosofi, pembelajaran menjadi lebih inklusif, humanis, dan bernilai.

Bagi guru sekolah dasar, artikel ini menjadi pengingat bahwa mereka bukan hanya pelaksana kurikulum, tetapi agen nilai. Bagi mahasiswa calon guru, Sistem Among menjadi referensi pedagogik reflektif antara warisan lokal dan praktik global. Dan bagi pembuat kebijakan, ini menjadi alarm akademik bahwa pendidikan masa depan butuh fleksibilitas struktural dan kedalaman filosofis.

📌 Format Sitasi APA

Subandi, & Mujtahidin. (2024). The relevance of Among Ki Hajar Dewantara system education to the differentiated learning system in elementary school age children. EDEN: Journal of Elementary and Digital Education, 1(2), 69–82. https://doi.org/10.58258/jime.v6i1.1121


📤 Bagikan Insight Ini:

✍️ Ingin mengirim insight reflektif akadmik Anda? Kirim ke direct.musa@gmail.com


Salam Generasi Digital yang Literat dan Bijak
🌐 directcitizen.id: Mendidik warga digital yang reflektif, bernilai, dan bijak
🕊️ Musa Foundation

Categories:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *